Kamis, 27 Desember 2012

Walisanga

Walisanga

Kata wali berasal dari bahasa arab kekasih atau penguasa, dalam Al Quran, banyak terdapat kata wali yang berarti kekasih. Misalnya : surah Yunus ayat 62-63, Al Baqarah ayat 257, Ali Imran ayat 68, Al-Jatsiyah ayat 19, As sajadah ayat 94 dan lain sebaainya. Ayat-ayat tersebut menggambarkan tentang adanya orang-orang yang sangat taat beribadah kepada Allah, sehingga mereka disebut kekasih Allah. Kita dapat membayangkan bagaimana hubungan antara pihak kekasih dengan yang mengasihi. Para Walisanga ditinjau dari kepribadian dan perjuangan dakwahnya termasuk kekasih Allah. Jika ditinjau dari tugas dan fungsinya dalam kerajaan Demak, mereka adalah para penguasa pemerintahan. Oleh karena itu mereka mendapat gelar Susuhunan (Sunan), yaitu sebagai penasihat dan pembantu raja. Dengan demikian, maka sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi rakyat umum dan kalangan pemerintah. Umumnya orang hanya mengenal nama sembilan wali yang kenamaan saja, yaitu :
1. Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Derajat
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Kudus
8. Sunan Muria
9. Sunan Gunung Jati
Padahal selain nama-nama wali tersebut di atas, ada pula nama-nama lain yang sebenarnya termasuk pula ke dalam dewan Walisanga, dan ada pua makamnya yang sampai sekarang masih sering diziarahi orang. Sebab apabila ada seorang wali meninggal dunia, maka tempatnya digantikan oleh muballigh lain, yan kemudian diberi gelar wali pula.

a. Walisanga Periode Pertama
Atas permintaan Sultan Muhammad I dari kerajaan Turki, maka bertolaklah sembilan Ulama besar menuju ke kepulauan Nusantara. Ini terjadi pada tahun 808 Hijriah atau 1419 M. Kesembilan orang tersebut adalah :
1) Maulana Malik Ibrahim Beliau berasal dari Turki. Selain menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam, beliau juga ahli dalam bidang tatanegara. Beliau melakukan dakwah di pulau Jawa bagian timur. Dan pada tahun 1419 beliau meninggal dan dimakaman di kota Gresik.
2) Maulana Malik Isroil Beliau barasal dari Turki. Di samping mendalami bidang agama, beliau juga ahli di bidang ketatanegaraan. Beliau meninggal dunia pada tahun 1435 M, dan dimakamkan di gunung Shanti, Cilegon.
3) Maulana Muhammad Ali Akbar Beliau barasal dari Persia (Iran). Disamping sebagai seorang ulama, beliau juga ahli dibidang pengobatan. Beliau meninggal dunia pada tahun 1435 M dan dimakamkan di gunung Shanti.
4) Maulana Hasanuddin Beliau barasal dari Palestina. Beliau melakukan dakwah sambil berkeliling dari satu daerah ke daerah lain. Wafat pada tahun 1462 M, dan dimakamkan di samping masjid Banten lama.
5) Syekh Subakir Asalnya dari Persia. Disamping menguasai lmu-ilmu agama, beliau juga ahli dalam menumbal tempat-tempat angker yang dihuni oleh jin-jin jahat yang menyesatkan manusia. Dengan adanya tumbal tersebut, jin-jin tadi menyingkir dan kemudian daerah itu dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahu 1462 M dan wafat di sana.
6) Maulana Muhammad Jumadil Kubro
7) Asalnya dari Mesir. Beliau melakukan dakwah sambil berkeliling dari satu daerah ke daerah lain. Makamnya di Triloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Tmur.
8) Maulana Muhammad Al Maghrobi Berasal dari Maghrib (Maroko). Beliau berdakwah berkeliling dari satu daerah ke daerah lain. Wafat pada tahun 1465 M. Makamnya terletak di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
9) Maulana Ishak Asalnya dari Samarkand (Rusia Selatan). Selain sebagai ulama yang mendalami ilmu agama, beliau juga ahli dalam bidang pengobatan. Setelah merasa cukup berdakwah di Jawa, akhirnya beliau pindah ke Pasai dan wafat di sana.

 b. Walisanga Periode Kedua Dalam periode kedua ini, masuk tiga wali menggantikan wali yang meninggal dunia. Mereka adalah :
1) Raden Ahmad Ali Rahmatullah atau lebih populer dengan sebutan Sunan Ampel. Beliau berasal dari Jeumpa, Aceh. Beliau datang ke Jawa pada tahun 1421 M, menggantikan Maulana Malik Ibrahim.
2) Sayyid Ja’far Shodiq (Sunan Kudus). Beliau berasal dari Palestina, datan ke Jawa pada tahun 1436 M, menggantikan posisi Malik Isroil yang wafat pada tahun 1435 M.
3) Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Beliau berasal dari Palestina dan datang ke Jawa pad tahun 1436 M dalam rangka menggantikan Maulana Malik akbar.

 c. Walisanga Periode Ketiga Pada tahun 1463 M, masuk empat orang wali baru menggantikan anggota lama yang pindah atau meninggal dunia. Keempat wali yang baru ini adalah :
1) Syekh Maulana Ainul Yakin atau Raden Paku, yang kemudian lebih populer dengan nama sunan Giri. Beliau adalah putra dari Syekh Maulana Ishak dengan putri Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu. Setelah ayahnya pindah ke Pasai, ia menggantikan posisinya. Beliau membuka pesantren di Giri sehingga beliau dipanggil Sunan Giri. Makamnya terletak di Gresik, Jawa Timur.
2) Raden Said atau lebih ppuler dengan nama Sunan Kalijaga. Beliau lahir di Tuban, Jawa Timur sebagai putra dari adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan posisi Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
3) Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Beliau lahir di Surabaya, ayahnya adalah Sunan Ampel. Beliau mengantikan posisi Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462 M.
4) Raden Qosin atau lebih populer dengan nama Sunan Drajat. Beliau dilahirkan di Surabaya, sebagai putra dari Sunan Ampel. Beliau menggantikan posisi Maulana Aliyuddin ynag wafat pada tahun 1462 M.

 d. Walisanga Periode Keempat Pada tahun 1466 M masuk lagi dua orang wali menggantikan dua wali yang telah wafat, yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Al Maghribi. Kedua wali yang menggantikan mereka adalah :
1) Raden Hasan atau Raden Patah. Beliau adalah salah seorang putra dari raja Brawijaya dari Majapahit dan pernah berguru pada Sunan Ampel. Kemudian pada tahun 1462 M, beliau diangkat sebgai Adipati Bintoro, lalu membangun masjid Demak pada tahun 1465 M dan pada tahun 1468 M, beliau dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak.
2) Fathullah Khan, putra Sunan Gunung Jati. Beliau dipilih sebagai anggota Walisanga untuk membantu ayahnya yang sudah berusia lanjut.

 e. Walisanga Periode Kelima
Pada periode ini, masuk Raden Umar Said atau yang lebih populer dengan nama Sunan Muria. Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga, masuk menjadi anggota Walisanga untuk menggantikan posisi wali yang telah wafat. Ada yang mengatakan bahwa Syehk Siti Jenar juga termasuk anggota Walisanga, namun karena beliau mengajarkan ilmu tasawuf tingkat tinggi yang tidak pantas diajarkan pada orang awam, yang dikuatirkan akan menjadikan mereka sesat, maka akhirnya beliau dihukum mati oleh para wali lainnya, sedangkan kedudukannya kemudian diserahkan kepada Sunan Bayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar