Singasari 1
A.
Berdirinya Singasari
Di
bawah kekuasaan Kediri ada sebuah daerah bernama Tumapel yang terletak
disebelah gunung Kawi, kira-kira disekitar daerah Malang sekarang. Daerah itu
merupakan suatu punggung dataran yang amat subur dengan udaranya yang segar.
Tumapel
diperintah oleh seorang akuwu atau Bupati yang bernama Tunggul Ametung.bupati
ini mempunyai seorang istri yang amat cantik, namanya Ken Dedes. Tadinya Ken
Dedes adalah putri seorang endeta Budha dari Panawijen. Tanpa diketahui sang
pendeta Tunggul Ametung melarikan Ken Dedes dan memperistrinya.
Pada
masa itu ada seorang pemuda yang bernama Ken Angrok. Orang tuanya seorang
petani biasa dari sekitar Malang juga. Pemuda Ken Angrok adalah seorang
pengganggu ketentraman umum. Sebagai seorang petualang ia suka berjudi,
mencuri, menyamun, membunuh dan memperkosa. Kejahatan-kejahatan itu membuatnya
terkenal hampir di seluruh kerajaan. Malahan raja Kediri telah memerintahkan
Tunggul Ametung untuk menangkapnya,
tetapi tidak berhasil.
Tunggul
Ametung hanya mendengar saja tentang perbuatan-perbuatan Ken Angrok. Ia hanya
menerima laporan dari bawahannya. Oleh karena itu ketika ada seorang pemuda
yang menghambakan diri padanya, Tunggul Ametung tidak mengenalnya. Sebenarnya
pemuda itu adalah buronan negara nomor satu yang harus dibasminya. Pemuda itu
ialah Ken Angrok sendiri.
Ken
Angrok berhasil mengambil hati Tunggul Ametung. Ia menjadi orang kepercayaan
sang bupati. Akan tetapi diam-diam Ken Angrok telah merencanakan untuk
melenyapka Tunggul Ametung. Ia memesan keris dari seorang pandai keris terkenal
Empu Gandring. Dengan keris buatan Empu Gandring tersebut Ken Angrok berhasil
membunuh Tunggul Ametung.
Setelah
Tunggul Ametung tewas, Ken Arok mengangkat dirinya sebagai Bupati Tumapel.
Masih belum puas juga dengan membunuh Tunggul Ametung dan menggantiklan
kedudukannya, Ken Arok lalu mengawini janda Tunggul Ametung, Ken Dedes. Ketika
itu Ken Dedes sudah hamil 3 bulan. Ken Dedes sedang mengandung anaknya dengan
Tunggul Ametung.
Ternyata
semua perbuatan Ken Arok itu tidak ada yang berani mencegahnya. Orang-orang
seperti menerima begitu saja semua peristiwa yang berturut-turut telah terjadi
itu.
Meskipun
demikian, setelah menjadi Bupati, Ken Arok berubah. Kelakuan lama yang
sewenang-wenang dibuangnya. Keluarga orang-orang yang menjadi korbannya dulu
dibantunya. Begitu pula terhadap orang-orang yang pernah berjasa padanya ketika
ia bertualang.
Ketika
itu di kerajaan Kediri memerintah raja Kertajaya. Raja ini dikenal dengan nama
Dandang Gendis. Kerajaan Kediri dari
Kertajaya itu adalah lanjutan dari Kerajaan raja Air Langga. Pada tahun 1042
Air Langga membagi 2 kerajaannya untuk kedua orang putranya. Kedua kerajaan itu
ialah :
1.
Kediri ( atau Panjalu, ibukotanya Daha
).
2.
Janggala ( ibukotanya Kahuripan )
Pembagian
kerajaan itu dilakukan oleh seorang yang dianggap sakti bernama Empu Barada.
Dari 2 kerajaan itu hanya Kediri yang paling menonjol. Kerjaan Janggal terdesak
kebelakang, malahan sebagaian lalu termasuk kebawah pengawasan Kediri. Ternyata
raja Kediri Kertajaya tidak begitu disukai. Ia berselisih dengan
pendeta-pendeta agama Syiwa maupun Budha. Kertajaya menuntut agar
pendeta-pendeta itu menyembahnya sebagai Dewa Batara Guru. Pendeta-pendeta itu
menolak.aAlasan mereka, bahwa tidak ada Pendeta yang menyembah Raja. Raja
mendesak dan memaksa terus. Akhirnya pendeta-pendeta itu berpikir. Daripada
mereka dipaksa dan dihukum, lebih baik mereka melarikan diri saja. Maka
berduyun-duyunlah mereka menyingkir ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan
pada Ken Arok.
Ken
Arok belum puas dengan menjadi Bupati Tumapel saja. Dengan kedudukannya itu
berarti ia masih dibawah Kediri. Ia ingin berkuasa sendiri. Menjadi tuan
sendiri ! Untuk itu ia harus menundukkan Kediri.
Kebetulan
Ken Arok mendapat kesempatan baik. Pendeta-pendeta dari Kediri mengungsi ke
Tumapel. Ken Arok tidak hanya memerlukan dukungan rakyat biasa. Ia juga
membutuhkan dukunganpendeta-pendeta. Mengapa ? sebab pendeta-pendeta itulah
yang dapat menobatkan dia sebagai Raja. Baru ia sah menjadi Raja. Atas pertimbangan
inilah ia memberikan perlindungan pada pendeta-pendeta itu.
Sikap
Ken Arok itu membuat Kertajaya murka. Bagi Kertajaya Ken Arok sudah
keterlaluan. Ken Arok sudah mengangkat dirinya sebagai Bupati tanpa restunya.
Sekarang Ken Arok menatangnya dengan bersengkongkol dengan pendeta-pendeta
musuhnya. Kertajaya memutuskan Ken Arok harus ditindak ! Demikianlah Kertajaya
terpancing untuk berperang melawan bupati Tumapel itu.
Pada
tahun 1222 terjadilah pertempuran disebelah utara Ganter. Pertempuran Ganter ini
sangat menentukan : siapa yang akan berkuasa dibekas Kerajaan Air Langga duhulu
itu. Dalam pertempuran ini akhirnya tentara Kediri berhasil dihancurkan tentara
Tumapel. Raja Kediri melarikan diri. Ia
lalu hidup menyendiri disebuah pertapaan yang sepi.
Sesudah
kemenangan di Ganter itu Ken Arok dinobatkan menjadi raja Tumapel dan Kediri.
Penobatan itu dilakukan oleh pendeta-pendeta syiwa dan Budha. Nama nobatnya
Rajasa. Artinya penakluk ! Ia memang telah berhasil menaklukkan segala
rintangan baginya. Yang terakhir ialah Kediri. Juga ia dikenal dengan gelar
Amurawa Bumi, artinya pembentuk Negara ! Rajasa memang berhasil membentuk
sebuiah Negara baru yang kemudian menjadi Singasari itu. Nama Tumapel masih
digunakan. Ibukotanya bernama Kutaraja.
Kemenangan
Ganter tahun 1222 itu penting sekali untuk dicatat. Kejadian itu merupakan
tonggak sejarah yang perlu diingat. Mengapa ?. Sebab-sebabnya : Merupakan saat
runtuhnya kerajaan Kediri dan saat tegaknya kerajaan Singasari. Kediri pergi
Singasari berdiri.
Berakhirnya
dinasti Isana. Dinasti ini telah menurunkan raja-raja yang memerintah di Jawa
Timur sejak abad ke-10, sejak Empu Sinduk sebagai pendirinya. Malahan
sebenarnya raja-raja yang erat dengan timbulnya dinasti ini berasal dari Jawa
Tengah. Jadio keluarga Isana adalah keluarga raja-raja yang sudah cukup tua.
Dinasti ini telah menurunkan raja-raja: sejak dari Sindok, Darmawangsa,
Aairlangga, samnpai dengan raja Janggal dan Kediri. Kertajaya adalah raja
Kediri yang terkhir. Kediri dibawah Kertajaya Kertajaya adalah paling terakhir
sebagai kerajaan yang merdeka berdaulat. Sesudah itu Kediri menjadi bagian dari
Singasari.
Dinasti
tua yang berasal turun temurun dari raja itu berakhir sampai dengan
Kertajaya . Dinasti baru timbul : Girindra ( Raja Gunung ) . Pendiri
dinasti baru ini berasal dari rakyat biasa saja, dari keluarga petani. Jadi
kalau dinasti lama memang berasal dari atas yaitu raja-raja, maka dinasti baru
berasal dari bawah yaitu rakyat jelata.
Pergantian
dinasti inilah yang membuat kemenangan Ganter itu mempunyai arti penting. Pada
akhir pemerintahannya, tahun 1042
Airlangga membagi 2 kerajaannya. Dua kerajaan itu ialah Kediri dan
Janggala. Pembagian itu dilakukan oleh seorang brahmana, Empu Barada.
Dengan
kemenangan Ganter tahun 1222 itu, pembagian kerajaan oleh Empu Barada tadi
dihapuskan. Ken Arok menyatukan kedua
bagian bekas kerajaan Airlangga itu. Bekas kerajan Jenggal dan Kediri bersatu
kembali menjadi satu kerajaan baru yang bernama Tumapel atau Singasari.
Kerajaan baru ini dibangun oleh Rajasa alias Ken Arok.
Seperti
sudah disebutkan, Kertajaya adalah raja Kediri yang terakhir. Meskipun demikian
ia masih mempunyai keturunan. Rajasa tetap menghargai keturunan Kertajaya itu,
terbukti dengan diangkatnya Jayasaba ( 1222-1258 ) sebagai bupati Kediri.
Tindakan
Rajasa ini dicontoh oleh raja-raja
Singasari berikutnya. Bupati –bupati Kediri sesudah Jayasaba masih
keturunan Kertajaya juga. Mereka itu ialah Sastrajaya ( 1258-1271 ) dan
Jayakatwang ( 1271-1293 ) Jayakatwang masih mempunyai anak namanya Ardaraja.
Ardaraja tidak sempat menjadi Bupati, meskipun demikian ia adalah menantu
Kertanagara. Jayakatwang dan Kertanagara berbesanan, tetapi Jaya katwang lah
yang menjatuhkan Kertanagara nanti.
B.
Korban Keris Empu Gandring
Keris
berdarah Empu Gandring terus menelan korban. Rajasa hanya lima tahun berkuasa.
Ini terhitung sejak ia memenangkan perang di Ganter. Pada tahun 1227 ia mati
dibunuh anak tirinya yang benama Anusapati. Senjata yang membunih Rajasa itu
ialah keris yag dulu dipakainya untuk membunuh Tunggul Ametung, yaitu keris
Empu Gandring. Anusapati adalah anak Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Rajasa
adalah korban dendam. Ia menjadi korban dari rangkaian pembunuhan yang diMulainya
sendiri.
Anusapati
(1227-1248) menggantikan Rajasa. Pemerintahannya cukup lama, yaitu 21 tahun.
Akan tetapi dalam waktu yang sekian lama itu ia tak membawa perubahan apa-apa
bagi Singasari. Pada tahun 1248 ia mati terbunuh. Keris Empu Gandring lagi-lagi
menelan korban. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh adik tirinya sendiri yaitu
Tohjaya. Seperti Rajasa, Anusapati adalah korban dendam. Tohjaya adalah anak
Rajasa dengan istri lain yaitu Ken Umang.
Tohjaya
(1248) naik tahta. Tetapi ia hanya memerintah beberapa bulan saja. Dalam tahub
1248 itu juga ia dijatuhkan oleh dua orang kemenkan tirinya, Rangga Wuni dan
Mahisa Campaka.
Rangga
Wuni adalah putra Anusapati. Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng.
Mahisa Wonga Teleng adalah saudara Anusapati seibu, tetapi lain ayah.
Sebaliknya bagi Tohjaya,Mahisa Wonga Teleng adalah saudaranya seayah tapi lain
lbu.
Tohjaya
menganggap Rangga Wuni dan Mahisa Campaka sebagai “bisul di pusar”. Kedua orang
ini sewaktu-waktu dapat membahayakannya. Apalagi jika diingat bahwa Tohjaya
yang membunuh Anusapati. Ia kuatir keturunan Ken Dedes akan membalas dendam
padanya. Didorong perasaan takut itu Tohjaya berniat untuk melenyapkan mereka
berdua. Akan tetapi, sebelum niatnya terleksana, Rangga wuni dan Mahisa Campaka
mendahuluinya. Tohjaya mereka singkirkan. Hanya saja kali ini tidak menggunakan
keris Empu Gandring.
Demikianlah
Rangga Wuni pada tahun 1248 itu juga menjadi raja. Ia dinobatkan dengan gelar
Sri Jaya Wisnuwardana (1248-1268). Wisnuwardana tidak memerintah sendiri. Ia
dibantu oleh saudara sepupnya, Muahisa Campaka. Wisnuwardana tidak lupa bahwa
ia dan Mahisa Campaka bersama-sama mengalami suka dan duka menghadapi Tohjaya.
Oleh karena itu, setelah menjadi raja, Mahisa Campaka diangkatnya sebagai
tangan kanannya. Mahisa Cempaka mendapat pangkat Ratu Angabaya dan gelarnya
Narasingamurti. Wisnuwardana dan Narasingmurti memerintah Singasari dengan
rukun.
Pada
tahun 1254 Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
Yuwaraja atau putra mahkota. Demikianlah Kertanegara juga ikut memerintah
sebagai raja muda. Masa persiapan bagi Kertanegara sebelum menjadi raja penuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar