Singasari 2
RAJA-RAJA
SINGASARI
A.
Ken Angrok : Cikal bakal Wangsa Rajasa
Pada
masa akhir kerajaan Kadiri daerah Tumapel yang teretak di sebelah Timur gunung
Kawi, merupakan sebuah daerah yang dikepalai oleh seorang Akuwu bernama Tunggul
Ametung. Daerah Tumapel ini termasuk ke dalam wilayah kekusaan Kertajaya
(Dandang Gendis) dari Daha (Kadiri). Berapa lama Tunggul Ametung menjadi Akuwu
di Tumapel tidak kita ketahui dengan pasti. Kedudukannya sebagai akuwu Tumapel
kemuadian berakhir setelah ia dibunuh oleh Ken Angrok. Sepeninggal Tunggul
Ametung, Ken Angroklah yang menjadi penguasa baru di Tumapel.
Kemunculan
tokoh Ken Angrok ini kemudian menandai kemunculan satu wangsa baru yaitu wangsa
Rajasa (Rajasawangsa) atau wangsa Girindra (Girindrawangsa). Wangsa inilah yang
berkuasa di Singasari dan Majapahit. Akan tetapi asal-usul Ken Angrok tidak
jelas diketahui Satu-satunya sumber yang memberikan uraian panjang asal-usul dan masa muda Ken
Angrok ialah kitab Pararaton dan Katuturanira Ken Angrok.kitab tersebut ditulis pada akhir abad ke XV dalam bentuk prosa
(gancaran).
18
|
Pada
masa pemerintahan Kertajaya telah terjadi pemberontakan. Hal ini terjadi karena
sikap dari Kertajaya yang menuntut penghormatan yang berlebihan dari kaum Barahmana.
Kaum Brahmana ini tidak setuju lalu meninggalkan Kediri dan pergi ke Tumapel. Keadaan
di Tumapel tidak stabil. Ken Angrok mengadakan pemberontakan di Ganter pada
tahun 1222. Sebagai akibatnya lenyaplah Kerajaan Kediri dan muncullah kerajaan
baru yaitu Singasari.
Sejarah
Kerajaan Singasari berlangsung dari tahun 1222 sampai dengan 1292 atau selama
70 tahun. Meskipun usianya tidak sampai satu abad, Singasari dicatat sebagai
kerajaan besar. Singasari merupakan kerajaan-antara. Artinya sebelum Singasari
ada kerajaan Kediri. Sesudah Singasari lahir kerajaan Majapahit. Jadi kerajaan
Singasari merupakan mata rantai antara kerajaan Kediri dengan kerajaan
Majapahit.
Hanya
saja dinasti atau keluarga-raja, raja-raja Singasari tidak berasal dari Kediri.
Dinasti Singasari justru menjadi asal raja-raja Majapahit. Nama dinasti itu
adalah dinasti Girindra arinya raja Gunung !. oleh sebab itu raja-raja
Majapahit menghitung leluhurnya dari Sngasari.
Kebesaran
Singasari terletak pada cita-cita politik yang sebagian besar berhasil
dilaksanakan. Cit-cita ini ialah politik
persatuan Nusantara!. Cita-cita tersebut dteruskan bahkan lalu dikembang
luaskan pada masa kerajaan Majapahit. Adapun raja yang mendukung cita-cita ini
ialah Kertanegara sendiri.
Sejak
berdiri tahun 1222 sampai runtuhnya tahun 1292, kerajaan Singasari hanya
diperintah oleh 5 raja. Berturut-turut dari raja yang pertama sampai dengan
raja yang kelima ialah :
1.
Sri
Ranggah Rajasa atau Ken angrok (1222-1227)
2.
Anusapati
( 1227-1248)
3.
Tohjaya
(1248)
4.
Sri Jasa
Wisnuwardana (1248-1268)
5.
Kertanagara
(1254/1268-1292)
Masing-masing
raja memiliki riwayat atau sejarah sendiri-sendiri yang menarik. Akan tetapi
yang paling terkemuka diantara kelimanya hanya dua orang. Keduanya ialah raja
yang pertama : Rajasa (Ken Angrok), dan raja yang kelima : kertanagara.
Rajasa
adalah pendiri kerajaan Singasari. Ia pendiri dinasti Girindra (raja Gunung).
Sedangkan Kertanagara adalah raja yang membawa Singasari ke puncak kejayaannya.
Ia menurunkan raja-raja Majapahit.
B.
Anusapati dan Tohjaya
Dari
kitab Pararaton kita mengetahui bahwa Anusapati bukanlah anak Ken Dedes dan Ken
Angrok, melainkan anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Pada waktu Ken Dedes
diperistri oleh Ken Angrok, ia sedang hamil 3 bulan. Sesudah dewasa Anusapati
mengetahui dari ibunya bahwa Ken Angrok bukanlah ayahnya. Ayahnya yang
sebenarnya ialah akuwu Tunggul Ametung yang telah mati dibunuh Ken Angrok.
Kemudian dengan menyuruh seorang pengalasan dari Batil, ia berhasil melenyapkan
Ken Angrok.
Setelah
peristiwa meninggalnya Ken Angrok, tahta kerajaan Singasari langsung dipegang
oleh Anusapati. Dalam jangka waktu yang cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati
tidak melakukan pembaharuan-pembaharuan, karena ia telah larut dengan
kegemarannya sendiri yaitu menyabung ayam.
Peristiwa
kematian Ken Angrok, akhirnya terbongkar diketahui oleh putra Ken Angrok dengan
Ken Umang yang bernama Tohjaya. Ia mengetahui bahwa Anusapati memiliki hobi
meyabung ayam, oleh karena itu Anusapati diundang untuk meyabung ayam di Gedong
Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asik melihat aduan
ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring yang dibawa
Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung Anusapati hingga ia meninggal.Anusapati
emudian didharmakan di Kidal.
Menurut
berita Pararaton, sebenarnya Panji Tohjaya tidak menggantikan Anusapati, tetapi
menggantikan adiknya yang bernama Narayya Gunging Bhaya. Tohjaya dan Gunging
Bhaya di dalam prasasti itu keduanya disebutkan sebagai paman Arayya Smining
Rat ( Wisnuwardhana). Anak tertua dari Ken Angrok dan Ken Dedes ialah Mahisa
Wonga Teleng. Berdasarkan garis keturunannya dialah yang seharusnya
menggantikan Ken Angrok menjadi raja.
Tohjaya
memerintah kerajaan hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra Anusapati
yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang
dibantu oleh Mahisa Campaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya.
Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahisa
Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya menangkap
mereka.
Untuk
menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, Tohjaya mengirim
pasukan di bawah Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa yang
berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, maka ia
berbalik memihak Ranggawuni dan Mahisa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahisa
Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya.
Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta kerajaan Singasari.
C.
Raja Wisnuwardhana
Sepeninggal
Tohjaya, pada tahun 1248 Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri
Jayawisnuwardhana. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia didampingi oleh Mahisa
Campaka yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan nama gelar
Narasingamurti. Kedua orang itu memerinta bersama seperti Madhawa (Wisnu) dan
Indra, atau seperti dua ekor ular dalam satu lubang.
Pemerintahan
kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M,
Wisnuwardhana mengankat putranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan maksud
untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara menjadi seorang raja
besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana meninggal duni,
tahta kerajaan Singasari beralih kepada Kertanegara.
D.
Raja Kertanegara (Masa Kejayaan)
A.
1. Kertanegara dalam Negri
Sebelum
perhatian ditujukan keluar, Kertanegara lebih dulu memperkuat dasar-dasar
negaranya ke dalam. Tentu saja tindakan-tindakannya itu dapat dipahami, sebab
bagiamana mau keluar jika dalam negri masih semrawut.
Dalam
pemerintahan, Ketanegara dibantu oleh 3 orang Mahamentri. Pangkat-pangkat
mereka itu disebut Rakryan Hino, Rakryan Sirikan, dan Rakryan Halu. Semua
perinah raja diteruskan oleh Maha mentri tersebut kemudian diteruskan kepada 3
mentri pelaksana yaitu Rakryan Mapatih, Rakryan Demung dan Rakryan Kanuruhan.
Dalam keagamaan, perhatian Kertanegara besar
sekali. Agam Siwa dan Budha mendapat perlakuan yang sama. Untuk kedua agama itu
ia mengangkat masing-masing penghulunya. Seorang Brahmana yang mendampingi
Kertanegara diberinya pangkat Sangkadara. Sedangkan untuk agama Budha
penghulunya diberi pangkat Darmadyaksa ring kasogatan.
Selain pembagan tugas dalam pemerintahan dan
agama, Kertangara mengadakan penggeseran-penggeseran diantara pejabat-pejabat
pemerintah yang sudah ada. Kertanegara belum puas dengan luas kerajaan yang
dierimanya dari raja-raja sebelumnya. Ia mencita-citakan perluasan wilayah
Singasari menjadi sebuah negara yang besar. Akan tetap cita-cia Keranegara itu
tidak mudah dilaksanakan, ada saja pembesar yang tidak setuju atau tidak
memahami cita-citanya itu. Oleh sebab itu Kertanegara harus mengadakan
penggeseran-penggeseran. Mencari pembantu yang bisa mengikuti jalan pikirannya.
Dikalangan pejabat-pejabat negara ada yang disebut
golongan tua dan golongan muda. Golongan tua merasa sudah puas dengan segalanya
yang telah ada. Sebaliknya, golongan muda yang berpikiran lebih maju dapat
menerima kebijakan politik baru Kertanegara.
Patih Raganata (Kebo Arema) termasuk golongan
tua. Kertanegara mengganti Raganata dengan Aragani (Kebo Tengah) sebagai patih.
Aragani dianggap mempunyai pikiran maju, Patih yang dapat mengerti Kertanegara.
Meskipun adanya penggantian itu, Kertanegara
tidak menyingkirkan Raganata bagitu saja. Atas jasanya yang sudah-sudah
Raganata tetap diberi kedudukan sebagi Jaksa di Tumapel. Selain itu ada lagi
seorang pejabat yang dicurigai kesetiannya oleh Kertanegara. Orang itu bernama
Banyak Wide yang menjabat sebagai Kepala daerah Nangka.
Kertanegara menganggap Banyak Wide terlalu
dekat dengan Kediri. Seperti sudah diketahui bahwa Kediri berada di bawah
Singasari. Penguasa Kediri adalah Bupati-bupati keturunan Kertajaya dahulu.
Bagi Singasari bupati-bupati tetap merupakan musuh bagi Singasari.
Seperti halnya dengan Raganata, Banyak Wide
tidak disingkirkan begitu saja. Kertenegara masih memberikan kedudukan yang
baik, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. Banyak Wide diangkat sebagai bupati
di Sungenep (Sumenep), di ujung Timur Madura. Untuk jabatan itu, banyak Widw
diberi gelar Arya Wiraraja. Putra Arya Wiraraja bernama Nambi diangkat menjadi
perwira di singasari.
Tindakan Kertanegara itu maksudnya untuk
menjauhkan Arya Wiraraja dari Kediri. Karena jarak yang jauh, Kertanegara
berharapa agar Arya Wiraraja tidak berkomplot dengan Kediri untuk melawannya.
Sementara
itu ketentraman dalam negri Singasari sedikit terganggu. Pada tahun 1270
seorang perusuh bernama Cayaraja berontak. Peristiwa ini terjadi dua tahun
persis setelah Kertanegara memerintah penuh. Cayaraja akhirnya berhasil
dibinasakan. Demikianlah Kertanegara mengadakan penertiban-penertiban ubtuk
keamanan Kediri.
D.2. Politik Luar Negri Singasari
Setelah
ketentraman dalam negri Singasari benar-benar terjamin, baru Kertanegara
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Negri. Pada tahun 1275 tentara Singasari
dikirim ke Melayu. Ketika itu di Nusantara masih ada kerajaan Sriwijaya, hanya
saja kekuasaannya dibagan barat sudah mulai mundur. Beberapa daerah sudah ada
yang berani melepaskan diri. Melayu, misalnya sudah mulai berdiri sendiri.
Singasari ingin menggantikan kedudukan
Sriwijaya sebagai satu-satunya kerajaan Nusantara. Tentara Singasari dikirim ke
Melayu karena Kertanegara melihat daerah ini sebagai titik terlemah Sriwijaya.
Kertanegara ingin menjadikan Melayu sebagai tumpuan utama kekuatan Singasari.
Dengan menjadikan Melayu sebagai pangkalan, maka Singasari dapat mempercepat
runtuhnya Sriwijaya.
Pengiriman tentara Singasari ke Melayu itu
terkenal dengan nama Pamalayu. Tentara singasari yang dikirim ke Melayu itu
bertolak dengan kapal-kapal dari pelabuhan Tuban. Pelepasan tentara itu
mempunyai arti yang sangat penting bagi Singasari. Terbukti patih Aragani
memerlukan datang sendiri ke Tuban untuk mengantar tentara yang berangkat.
Ternyata tentara yang berangkat itu merupakan tentara Singasari yang terbaik.
Terbukti, nanti kemudian hari, keberangkatan mereka menyebabkan lemahnya
ibukota Singasari sendiri. Apalagi tentara ini lama bertahan di Melayu dan baru
kembali pada tahun 1293. Pada waktu itu Kertanegara sendiri sudah tidak ada
lagi.
Tentara Singasari tahun 1275 itu berhasil
menundukkan Melayu. Pada tahun 1286 Kertanegara mendirikan sebuah arca di
Darmasraya, Jambi. Arca itu adalah arca Amogapasa. Dalam agama Budha, Amogapasa
adalah seorang dyani-bodisatwa yang bertangan delapan. Ia menguasai mata angin
di Barat. Amogapasa yang didirikan atas perintah Kertanegara itu tiruan dari
Candi Jago. Seperti diketahui Candi Jago adalah makam ayah Kertanegara,
Wisnuwardana. Arca Amogapasa itu merupakan perwujudan Wisnuwardana. Jadi
Kertanegara mendirikan arca ayahnya di daerah yang tunduk kepada Singasari.
Arca Amogapasa yang didirikan itu, sebagai
hadiah Kertanegara. Untuk hadiah itu, segenap lapisan rakyat Melayu, termasuk
rajanya yang bernama Tribuwana Mauliwarmadewa, berterimakasih sekali.
Sementara tentara Singasari masih berada di
Melayu, pecah pemberontakan di Singasari. Pemberontakan itu terjadi pada tahun
1280 yang dipimpin oleh Mahisa Rangkah. Akan tetapi dengan tentara Singasari
yang akhirnya pemberontakan dapat dibasmi.
Setelah usaha pengacauan dalam negri yang
dilakukan oleh Mahisa Rangkah itu berhasil digagalkan, Kertanegara kembali
memusatkan perhatiannya ke luar yaitu ke Timur. Pada tahun 1284 Kertanegara
mengiriman tentaranya ke Bali. Raja Bali berhasl ditawan dan dibawa menghadap
Kertanegara untuk menyatakan tunduk kepada Singasari.
Politik
penyatuan Nusantara Kertanegara ternyata berhasil. Perluasan ke barat, ke
timur, ke utara, berhasil menambah luasnya daerah-daerah yang tunduk kepada Singasari.
Pada titik puncak pemerintahan Kertanegara, wilaah singasari meliputi pula :
Pahang, Sunda, Bakulapura (Tanjungpura) dan Gurun (Maluku). Usaha ini juga
dilakuakn di zaman Majapahit.
Sifat hubungan Kertanegara dengan raja-raja
Nusantara lain yang ditundukkannya tidak seperti hubungan antara : tuan dan
hamba budak. Kertanegara memberi keleluasaan kepada masing-masing raja itu
untuk tetap berkuasa di daerahnya. Mereka hanya cukup menyatakan tunduk kepada
Singasari.
Sifat hubungan semacam ini meningkat dalam
hubungan Kertanegara dengan negara tetangga, misalnya dengan sebuaah negara di
Asia Tenggara, Campa. Politik Kertanegara tidak hanya penakhlukan-penakhlukan
saja, tetapi juga merupakan persahabatan.
Kertanegara masih mempunyai hubungan keluarga
dengan raja Campa. Saudara perempuan Kertanegara yang bernama Putri Tapasi,
kawin dengan raja Campa yang bergelar Jaya Singawarman III. Banyak yang
mengatakan bahwa perkawinan itu adalah perkawinan politik. Pada saat itu
Singasari dan Campa seadang sama-sama menghadapi raksasa dari utara yaitu
Kiasar Kubilai Khan dari China.
perkawinan kerajaan singosari san sampai
BalasHapus